Jumat, 20 September 2013

Alhamdulillah komplit, selamat tinggal kemoterapi!

Alhamdulillah wa syukurillah.. Ada kabar gembira, kemoterapi yang ke 7 kemarin ini ternyata jadi putaran terakhir. Mudah-mudahan beneran terakhir, nggak akan ada lagi sepanjang hayat dikandung badan. Aaamiiin...

Waktu itu pernah diceritain kan, kalau rencananya kemoterapi ini akan dilakukan 8 kali atau disebut cycle, dengan selang 3 minggu per cycle-nya. Nah, dari rencana 8 putaran kemoterapi, pak dokter akhirnya mencukupkan sampai 7 saja.

Sebetulnya seperti yang ditulis di entry sebelumnya, malah sempat akan dijatah 6 saja, tapi akibat kemo ke 4 sempat mundur sampai 2 minggu gara-gara 'kegajlug' herpes, maka dokter AWS tidak ingin ambil resiko, dan memutuskan 7 atau 8. Alhamdulillah 7 saja cukup.

Setelah ini lalu apa?

Nah, itu die.. waktu kontrol sesudah terapi ke 5, dokter sempat menyinggung radioterapi. Bukan terapi mendengarkan radio ya, tapi terapi dengan radiasi sinar x.

Tapi keputusan sinar atau tidak ini juga dengan catatan kondisi jantung memungkinkan, mengingat letak tumornya di mediastinum kiri dan mengacak-acak penempatan dan fungsi jantung. Dokter bilang, akan dikonsultasikan secara seksama dengan dokter radiologi dan kardiologi.

Tapii.. waktu kontrol sebelum terapi ke 7 ini, dokter AWS nggak lagi menyinggung masalah radioterapi, tapi justru membicarakan kemungkinan kemoterapi dicukupkan sampai 7 saja, tapi dilanjutkan dengan maintenance dengan Rituximab a.k.a mabthera setiap 2 bulan sekali selama 2 tahun.
waktu itu kalkulator di kepala langsung tang ting tung, hitung-hitung 15 kali 12 berapa yaa... sampai-sampai pasiennya lupa nggak nanya lagi soal rencana radioterapi.

Oh ya, belum lagi ternyata leukosit (lagi-lagi) terjun, padahal sepuluh hari sebelumnya pun sudah didoping filgrastim. Mungkin sumsum tulang yang bertugas membuat leukosit akhirnya merasa 'terhina' karena tiap 3 minggu diperlakukan semena-mena sama R-CHOP.

Dokter memberikan pengantar cek darah hematologi lengkap + LED alias laju endap darah untuk mengecek inflamasi + RET untuk mengecek fungsi sumsum tulang + LDH untuk mengecek limfoma-nya. Hmm banyak ya..

Selain itu dokter AWS juga menjadwalkan konsultasi dengan dokter kardiologi di hari rabu, jadi dibuatkan pengantar konsul, dan jadwal kemo di-adjust jadi hari selasa, supaya gak perlu bolak balik.

Karena banyak pe er dan informasi baru, akhirnya melayang semua deh daftar pertanyaan dari kepala. Iya sih, sapa suruh pertanyaannya ngggak dicatet?

Singkat kata singkat cerita, besokannya ke YKI beli mabthera + filgrastim, besokannya filgrastimnya disuntikin, dua hari berikutnya terkapar nggak bisa ngapa2in, besokannya lagi balik ke lab untuk cek darah persiapan kemo, besokannya lagi cek in untuk kemoterapi ke 7.

Oh ya, untuk cek jantung yang ini, pak dokter AWS menjadwalkan ke dokter yang beda dengan yang dulu. Kalau dokter kardiologi yang dulu bisa dibilang agak 'sedapatnya' karena memang kasusnya darurat (jantung hampir jebol gara-gara nggak kuat sama aminophillin). Kali ini pak dokter punya kandidat sendiri. Alhamdulillah, dokter yang baru ini jauh lebih komunikatif, dan sepertinya observasinya lebih terintegrasi sama rencana pengobatan kankernya.

Kalau belum mengalami sendiri, memang nggak kebayang kalau dokter itu bisa juga nggak peduli dengan pengobatan pasien secara keseluruhan.
Dulu waktu periksa sama dokter kardiologi yang lama, pasiennya sempat tanya, jadi gimana kesimpulannya dok, kira-kira kuat nggak ya untuk mulai kemo. Eh dokternya cuma angkat bahu sambil bilang dengan agak jutek, oh saya nggak tau ya soal itu, saya sih liatnya ini denyutnya masih kuat.

Lah?? Apa salah gue kok dijutekin dokter gini. Padahal kan periksa-periksa jantung ini juga dalam rangka persiapan terapi kanker yang benar-benar beresiko 'merusak' jantung.

Mungkin dokternya memang lagi banyak pikiran, tapi kaannn... mengingat biaya echo-cardiogram dan konsultasi dokter juga gak murah, I thought we as patient dan juga konsumen berhak dong mendapatkan pelayanan yang baik. Sempat kecewa berat waktu itu, karena di satu sisi, dokter-dokter onkologi dan dokter paru semua concern  dengan kesiapan jantung untuk kemoterapi, eh ini dokter jantung malah terkesan lepas tangan.

Tapi yasudahlah. Kita lupakan saja yang telah lalu. Alhamdulillah dokter yang baru ini jauh lebih baik, lebih ramah. She asked, she listened, dan jelas ada komunikasi dengan dokter AWS. Jadi lebih mantap.

Biasanya kemo cuma perlu 1 sampai 2 hari, karena kali ini ada jadwal echo-doppler untuk cek jantung, terpaksa nginep semalam lagi, dan karena ada kesalah fahaman soal obat prednison yang harus dibawa pulang, terpaksa nunggu sampai hampir 5 jam lagi.

Alhamdulillah, akhirnya setelah 3 hari yang kali ini cukup terasa panjang, sampai rumah lagi dengan lancar, dan bisa mengucapkan selamat tinggal kemoterapi!

Tapi perjuangan masih puanjaaang.. pengobatan belum selesai, masih perlu banyak persiapan fisik, mental dan finansial untuk menjalaninya.
Oh ya, dan tetep ya temans, mohon doanya supaya pengobatannya lancar, sembuh dengan tuntas.