Kamis muinggu lalu kontrol ke Prof AWS.
Oh ya, sejak beliau dikukuhkan sebagai propesor awal februari lalu, sekarang harus latihan menyebut 'Prof', bukan 'Dok' lagi *sekilas info*
Sebelum kontrol, tepatnya sebelum dapat hasil pet-scan sebetulnya sudah sempat membuat daftar pertanyaan, apa saja yang ingin ditanyakan dan diketahui, apalagi menjelang berakhirnya terapi ini kan berarti banyak hal yang akan berakhir juga, dan mungkin ada hal-hal baru yang perlu dilakukan.
Misalnya, kapan perlu kontrol, kapan perlu cek lab, kapan perlu laporan, apa saja yang perlu diwaspadai, apa saja yang perlu dihindari, apa yang perlu diantisipasi, apa efek samping yang bisa sembuh dan apa yang diikhlaskan saja, selain limfoma, apa yang harus diwaspadai, berapa besar kemungkinan balik lagi, atau muncul hal yang lain, gitu-gitu deh..
Tapi kemarin pas antri kebetulan dapat giliran agak malam, dan ndilalahnya beberapa orang yang antri sebelumnya itu kok ya para lansia, yang masih pada menjalani terapi. Beberapa harus dituntun ketika berjalan, atau malah harus pakai kursi roda. Mereka juga diantar rombongan anggota keluarga, yang sigap ke sana ke mari untuk mengurus ini itu.
Walaupun di antara orang-orang yang antri itu cuma saya yang terbatuk2 dengan dahsyatnya, tapi tiba-tiba kok rasanya saya nggak pa pa gitu, sehat wal afiat saja.
Teringat kalau saya dulu pernah juga berada di posisi seperti mereka.
Posisi pakai kursi roda dan jalan dituntun maksudnya, bukan posisi sebaga lansia-nya yaa.
Rasanya masih seperti kemarin, tapi rasanya juga sudah lamaaa.. sekali. Seperti mimpi gitu.
Dulu antri di tempat yang sama, tapi harus berbekal bantal, jaket tebal, dan berbagai peralatan tempur lainnya untuk memastikan bisa survive sampai tiba giliran konsul, sekarang saya datang sendiri sepulang kerja, lengkap dengan laptop dan peralatan tempur yang sama sekali berbeda.
Tiba-tiba jadi pengen nangis.
Bukan, bukan karena mereka diantar rame-rame dan saya sendirian.
Juga bukan karena mereka dapat giliran konsul duluan dan saya belakangan.
Tapi tiba-tiba saya kok merasa macam-macam, eh.. maksudnya macam-macam perasaan berkecamuk jadi satu gitu.
Antara merasa lelah, karena terbayang perjalanan yang sudah begitu jauh dan lama..
Tapi juga merasa lega, dan terharu (terharu sama diri sendiri gitu, huehue.. nggak banget yak) bahwa di sepanjang perjalanan ini begitu banyak kemajuan yang didapatkan.. I've came a long way and improved so much..
Dan rasa bersyukur yang buanyaaak.. banget, bahwa pada akhirnya berdasarkan selembar kertas hasil PET-Scan itu saya akan ganti status. Bukan status yang itu sih, sayangnya status yang itu belum berhasil berubah *lhoo.. kok malah curcol*
Karena sibuk dengan perasaan2 sendiri itu, ditambah perasaan satu lagi yang sulit dibendung, yaitu perasaan ngantuk, akhirnya pas dipanggil masuk ke ruangan semua pertanyaan yang udah ditulis dengan indah itu nggak keluar sama sekali. Lupa kalo udah bikin catetan.
Waktu itu cuma inget ngasih hasil PET-CT aja.
Om Propesor membaca dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, trus bilang begini "Catetannya banyak banget, tapi semua masalah yang banyak ini jadi nggak terlalu berarti dengan adanya bagian ini nih : tidak dijumpai relaps limfoma."
Ah iya.. bener banget.
Lalu nasib benjolan di lipatan paha itu?
"Ini memang kelenjar, tapi dari hasil PET-CT tidak terlihat aktifitas ekstra. Jadi kamu anggap aja ini kelenjar yang jinak, atau kalaupun limfoma, maka limfoma yang ini aktifitasnya pelan banget, sampai tidak terdeteksi oleh PET"
Lalu harus bagaimana?
"Seperti yang sudah-sudah, waspada saja. Periksa secara berkala, tidak hanya di pangkal paha, tapi juga leher, ketiak, dan lain-lain.
Dan cek darah setiap 3 bulan sekali."
Apa yang harus dilihat?
"Yang rutin-rutin aja, LDH, LED, Hb, karena biasanya kalau limfomanya bermasalah dua yang pertama naik, dan Hb turun."
Lalu catatan yang panjang itu?
"Untuk itu difollow-up ke dokter-dokter spesialis yang sesuai."
Lalu soal batuk ini gimana dong?
"Kamu sembuhin dulu sinusitisnya."
Caranya?
"Minum obat alergi, obat batuk seperlunya, dan mungkin perlu antibiotik. Tapi saya sih cenderung antibiotiknya nggak usah ya. Saya kasih pengantar foto sinus aja, lalu ke spesialis THT."
Ah, akhirnya.. tiba juga waktunya saya 'ditolak' sama om Prof AWS dan dikirim ke dokter lain..
Rasanya merdu banget ya.. *lebay*
Lalu jadwal kita ketemu lagi? (Kita? huehue..)
"Kalau kamu merasa ada yang nggak beres, atau ada yang ingin dikonsultasikan, datang aja kapan-kapan, tapi kalau enggak, sampai jumpa di tahun 2017 ya.."
Dan dengan ucapan perpisahan itu, ditambah berlembar2 pengantar lab untuk setahun ke depan, saya keluar dari ruangan konsultasi dengan status resmi NED alias remisi.
Alhamdulillaah...
weehh alhamdullilah remisi yaa,,,, aku jg pengen cepat2 remisi, tapi aku bukan kanker hehehe
BalasHapusaku udah baca blog kamu beberapa, belum semuanyaa. waahh seneng deh kenalan sama survivior cancer, jadi tambah ilmu lagi mengenai kesehatan.
BalasHapuswaaah tulisan kamu bisa dijadikan buku nih,dengan tambahan dramatisnya sedikit, pasti bagus banget. keren!!
walah, aku sih gak ada apa2nya.
HapusPengen bisa ngejelasin secara runtut dan detail tapi gak ngebosenin kayak kamu lho..
Btw, seneng juga kenalan sama kamu, mudah2an bisa saling mendoakan dan menguatkan ya, walaupun gak kenal langsung :)
Teman deketku ada juga nih yang survivor kanker tiroid, trus habis itu didiagnosis autoimun juga, trus aku tunjukin blog kamu deh. salut deh sama para pejuang yang tabah dan bisa tetep cihuy seperti kalian. Mudah2an bisa remisi juga yaa.. bisa menjalani aktifitas dengan baik dan nyaman.. (eh, ada gak sih istilah remisi untuk autoimun?)
alhamdulillah Allah menunjukkan jalan supaya kita bertemu yaa hehehe... ada guruku beliau survivor cancer jg, tp breast cancer. udah dua tahun semenjak dikatakan remisi beliau mash kontrol ke rumah sakit dharmais. kamu ke rumah sakit dharmais jg kan??
Hapussenang aja bisa kenalan dgn penderita cancer dan survivor cancer, jadi bisa lebih semangat sembuh dan bersyukur terus.
sakit gak kanker limfoma? yg dirasakan apa aja?
nama temannya siapa? bisa nih dia gabung sama komunitas autoimun indoenesia. di fb ada grup dan fan page jg.
btw autoimun ada remisi jg kok hehee, aku lg berjuang utk biar cepat2 remisi biar bisa kulliah lagi heheh...
aku nulis detail karena sbg kerjaan jg di rumah aja daripada gak ngapa2in, mending cari tau ttg autoimun dan sjs hahaha...
HapusAku di medistra, karena dokterku adanya di situ. Iya nih, walaupun sudah lulus, masih harus cek berkala untuk jaga2. Berasa angkot, tiap tahun harus kir ulang, hehe..
HapusTemenku kayaknya udah gabung di grup itu. Mudah2an bisa saling menguatkan yaa..
Nah iya betul, kayaknya kita tipe orang yang pengen ngerti soal penyakit kita. Kan ada tuh yang memang sengaja nggak mau tau terlalu detail, takut tambah pusing. Mungkin kita tipe yg kalo gak tau malah jadi pusing ya 😁
Lagipula menulis itu jadi semacam terapi juga, dan mudah2an yg baca tulisannya bisa ikut semangat juga 😊
Salam kenal mbak urfah. Seneng denger cerita sesama terdiagnosis LNH DLBCL yang sudah remisi. Aku mau kemo ke-6 dan lanjut radiasi. Tetap semangat ya mbak semoga remisi nya lanjut terus.
BalasHapusHmm.. Perasaan aku dah reply kok gak ada yak. Salam kenal juga Wanda, semoga lancar kemo dan radiasinya, dan lulus dengan hasil memuaskan yaa 😊
HapusAssalamu'alaikum, mau tanya apakah selama proses perawatan yang sampai 3th itu di RSPP,soalnya istri baru mau mulai perawatan di sana dengan diagnosa tumor mediastinum. Dan bagaimana pelayanannya mengingat kami pasien BPJS
BalasHapusWa'alaikumussalam wrwb Pak Doni. Saya menjalani perawatan nggak di RSPP pak, soalnya waktu itu kebetulan belum ada BPJS. Di RSPP saya sempat rawat jalan, ke UGD 2 kali dan rawat inap sekali di kelas 3. Pelayanannya ya kurang lebih seperti RS pemerintah pada umumnya ya Pak, yaitu kita sendiri yang harus aktif ke sana ke mari. Tapi dokter2nya mestinya bagus2 sih, karena RSPP kan RS pusat respirasi nasional. Semoga istrinya lancar berobatnya ya Pak, dan segera sehat kembali
Hapus