Alhamdulillah dua minggu yang lalu sudah absen rutin ke RS.
Proses kali ini alhamdulillah lancar jaya, kecuali pas cek lab ke RS Haji.
Nggak lancarnya karena jalanan macet bangeeet.. dan sampai di sana ternyata mereka baru bisa kasih hasilnya dalam waktu 4 hari, atau 3 hari kerja karena besoknya hari Ahad. Waduh, padahal biasanya selasa sore udah bisa lho, bahkan kalau dirayu dikit, selasa pagi pun bisa diusahakan.
Tapi kali ini mas2nya beda, dan nggak bisa ngasih hasilnya sebelum rabu.
Hmm.. what to do? Selasa sore sudah mau kontrol.
Kata mas2nya, ke Pr*d*a aja.
Hmm.. browsing2, yang deket ada di kp melayu. Bisa tuh pas berangkat kerja. Tapi nggak yakin kalau ditunda2, belum lagi takut kenapa2 kalau makin mepet waktu kontrol, jadi mending hari itu diselesaikan aja urusan lab-nya.
Tapi hari itu puanasssnyaa... masyaAllah.. males banget mikirnya, harus nyari2 dulu (rada lupa dimana persisnya), trus daftar2 dulu..
Akhirnya setelah cap cip cup hitung kancing, diputuskan untuk ke Medistra langsung aja. Biar nggak perlu bolak-balik dan ambil hasilnya nanti pas kontrol sekalian.
Padahal cuma buat memutuskan dimana mau nge-lab aja, udah puyeng karena banyak yang dipertimbangkan.
Jadi keinget dulu pas mata kuliah topik khusus AI, bikin pseudocode buat proses planning, pantesan susah yak. Apalagi kalo yang dimodelkan orangnya berpola pikir ruwet kayak gini.
Cek darah di RS swasta ini memang ada lah bedanya dibanding di rs pemerintah, terutama harganya, haha.. periksa darah standard (hb, leuko, trombo, hematokrit, dst) + LED, darah tepi, ureum, kreatinin, dan LDH, di rs Haji sekitar Rp. 450.000, di RS swasta ini lebih mahal sampai 220 ribu. Tapi satu hari selesai. Dan nggak terlalu sakit pas diambil darahnya, karena sakitnya tuh disiniii... *nunjuk dompet*
Singkat cerita ,hari selasa malam tibalah waktu berjumpa dengan pak dokter AWS yang tercinta. Tumben banget pak dokter sudah hadir dari jam 18.30. Kemarin2 jam 19.30 baru dateng, bahkan kadang jam 20.30 atau malah jam 9 malem. Pasiennya sampai telat semua hari itu.
Seperti biasa, kalimat pembukanya adalah : apa kabar?
Dan setelah dijawab dengan : alhamdulillah baik, pak dokter akan mengatakan : itu kan kata kamu, sini sekarang kita lihat secara objektif apakah betul-betul baik. Pertama2 timbang dulu.
Catatan kali ini, dari sisi kankernya alhamdulillah tidak tampak aktifitas (dokter tidak menggunakan kata sembuh atau belum, karena sayangnya memang nggak bisa disimpulkan begitu saja), melihat posisi LDH dan LED kali ini sudah di dalam batas normal. Mudah-mudahan tetep normal ya.
x-ray terakhir baru 4 bulan yang lalu, jadi pak dokter belum akan nyuruh lagi dalam waktu dekat, sayang paparan radioaktifnya. Hasil yang 4 bulan lalu relatif ok, kecuali seperti sudah diketahui sebelumnya, ada left diaphragm paresis alias partial paralysis, alias otot diafragma yang melemah sehingga naik dan mengurangi volume paru-paru.
Kira-kira begitu deh gambarnya.
Efeknya mungkin karena volume paru berkurang, nafasnya berkurang, jadi aktifitas terbatas dibanding sebelumnya.
Pas mengeluhkan keterbatasan aktifitas ke pak dokter, jawaban si bapak cuma begini : ya dibatasi aja kalau begitu.
Oh baiklah...
Kata pak dokter, ini akibat isi dada yang kacau balau waktu itu, ya kanker nempel ke sana ke mari, ya infeksi. Jadi diterima aja lah ya.. Mudah-mudahan suatu saat nanti bisa pulih sendiri. Atau kalau enggak ya bisa beradaptasi.
Catatan berikutnya adalah hb menurun lagi. Kalau dua bulan yang lalu di angka 9, kali ini turun satu poin, jadi 8. Pak dokter memutuskan untuk memberikan besi, karena suspect sementara penurunan hb adalah karena kekurangan besi. Mungkin pak dokter ingin saya mencontoh mendiang margaret thatcher, jadi wanita besi.
Pak dokter memberi arahan atau caution, bahwasanya pil besi ini paling baik diserap dalam kondisi perut kosong. Akan tetapi karena sifat pil besi ini mengiritasi lambung, maka the second best condition adalah dengan perut bersuasana asam. Jadi makan dulu, sesudah itu makan yang asam2 seperti misalnya jeruk atau vit c.
Si bapak juga membawakan resep cadangan. Kalau-kalau nanti perut nggak kuat pake resep versi 1, ganti ke versi 2 yang besinya dikunyah, bukan diminum. Tapi dicoba dulu yang v.1
Nanti dua minggu berikutnya, ke lab lagi untuk cek darah ulang, dan hasilnya dikabarkan ke pak dokter. Nggak perlu datang, cukup sms atau email aja.
Nah, kalau makan besi nggak mempan, langkah berikutnya mungkin transfusi deh. Begitu 'ancaman' pak dokter. Mudah-mudahan mempan deh yaa..
Oh ya, dalam rangka ulang tahun kemoterapi yang pertama, ada event khusus yang akan diselenggarakan, yaitu check up dengan pilihan : ct-scan atau pet-scan.
Seperti biasa, pak dokter menyerahkan ke pasiennya untuk memutuskan metode testing yang akan digunakan, apakah black box, stress test, user acceptance test, atau integration testing *halah*
Setelah minta pertimbangan pak dokter, beliau lebih cenderung ke pet-scan saja, jadi ya pilih itu deh. Kita mah orangnya nurut aja kok sama pak dokter.
Maka pak dokter membuatkan surat pengantar ke bagian kedokteran nuklir MRCCC, untuk mendaftar pet-scan.
Berbekal surat pengantar, telpon deh ke MRCCC bagian nuklir.
Biaya pet-scan di mrccc menurut mas yang terima telpon tadi adalah 8,7 juta. Prosedurnya daftar lewat telpon paling lambat 2 hari sebelumnya, lalu pada hari H puasa sekitar 6 jam sebelum prosedur.
Dapat jadwal jam 10.00 tanggal 11-11-14, wah angka hampir cantik tuh. Hampir.
Mudah-mudahan nanti hasilnya lebih cantik lagi. Bersih dan sehat.
Doakan aku yaa...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar