Senin, 31 Juli 2017

Gajlukan lain di tengah perjalanan

Bulan Februari lalu adalah jadwal periksa rutin ke my beloved oncologist *halah*, dan seperti sudah dilaporkan pada entry terdahulu, hasilnya oke punya.
Pas beliau bukain pintu setelah selesai periksa, kata-kata perpisahannya adalah "Sampai jumpa bulan September ya, tapi kalau ada apa-apa, jangan ragu-ragu untuk datang sebelum itu."

Waktu itu sih (berusaha) yakin banget bakalan ketemu di bulan September.


Akan tetapi qadarullah.. Beberapa minggu terakhir ini entah kenapa kok terus dilanda rasa lelah yang seperti nggak mau hilang-hilang. Padahal alhamdulillah flu justru sudah mulai mereda. Tadinya sih kirain karena terlalu all-out dalam keriaan dan hiruk pikuk lebaran, tapi..

.. pada suatu hari yang cerah, pas gegoleran di kasur sambil ngobrol sama adik yang baru datang dari Jogja, sambil garuk-garuk leher yang kegelitik anak rambut, tiba-tiba teraba sebuah benjolan di leher sekitar bawah telinga.

Oh my.. Whaatt... ??? Whatiziittt.. ???
.. dan kemudian berjuta-juta hal langsung terlintas di pikiran *halah lebay*
Yang jelas kepikiran sih, langsung cari hp dan dompet, lalu telpon ke RS untuk daftar periksa ke Prof Aru.


The Hitchhiker's Guide to The Galaxy

Ah, nggak tercapai ternyata cita-cita sampai jumpa September itu..

Walaupun sebetulnya pengen sok cuek gimana gitu, tapi yang namanya trauma ternyata bukan sesuatu hal yang mudah untuk dihilangkan begitu saja. Pengalaman diagnosis dan kemoterapi yang 4 tahun lalu itu rasanya masih belum lama selesainya. Kayak baru kemarin gitudeh.

Akibatnya malamnya jadi nggak bisa tidur, dan besoknya kok ya ndilalah eh qadarullah salah satu teman satu gang meriang, bersin-bersin dan batuk-batuk dahsyat, dan seperti biasa, dilakukannya dengan gaya bebas alias tanpa masker. Oh man, just my luck i guess.
Akhirnya malamnya ikut meriang dan sukses kena bapil. Which didn't help my lymph node.

Entah karena bapil yang sampai bikin bengek dan budeg sebelah itu atau bukan, si benjolan terasa makin jelas dan teraba dua ekor eh butir eh buah, eh apa sih satuannya :P


Oh ya, walaupun hari kamis itu udah nyari dompet dan hp, tapi jadinya daftar periksanya baru hari senin (yeah.. procrastination is *still* my middle name :P). Daftar untuk kamis depannya lagi, dapatlah nomer 11. Oh baiklah..

Sempat agak nyesel kenapa nggak daftar untuk minggu itu aja, soalnya nunggu 10 hari itu kan lama yaa.. tapi mengingat bapil masih ngetril banget, dan perlu ke lab, jadi kayaknya enakan tunggu minggu depan deh biar bisa memastikan sebenarnya karena bapil atau karena bukan *apasih*


Well.. sebenernya sih itu alasan aja, karena yang sejujurnya adalah agak takut (banget), jadi perlu waktu gitu untuk menguatkan tekad.

Saking nggak tenangnya, seminggu itu sempat cerita sama beberapa teman, dan mereka menjawab dengan penuh itikad baik : "Jangan kuatir dulu, siapa tau itu cuma kelenjar.."
Nah, sayangnya justru itulah permasalahannya dari dulu. Kelenjar itu justru yang bikin kuatir...


Akhirnya setelah seminggu yang terasa puanjaang itu.. tibalah saat yang dinantikan (oleh saya), yaitu hari ketemu omProf.

Alhamdulillah hari itu omProf datangnya cepat, dan alhamdulillah pasien nomer kecil kok ya kebetulan pada nggak datang, dan alhamdulillah jalanan dari kantor ke medistra laancar jaya sejahtera.
Sampai rs jam 20:30, dipanggil masuk sekitar jam 21:30. Not bad.

Komentar pertama, eh nggak pertama sih, ke dua atau ke tiga gitu deh, adalah "Kamu batuk pilek melulu ya?"
Nah itu dia Prof, saya juga heran nih, makanya resep untuk vaksin nggak kepakai2, karena nggak sembuh-sembuh.
Kata omProp, "Oh, itu hasil penelitian lama tuh, sekarang vaksin nggak usah nunggu sembuh dulu."
Oh begitu ya? Hmm.. baiklah.. nanti dijadwalkan..

Lalu pertanyaan rutin, apa yang dirasakan?
Macet dok, udah gitu harga2 pada naik, eh.. nggak ding.. bukan gitu kok saya jawabnya..
Saya langsung tunjepoin aja, bahwa saya nemu dua butir benjolan yang mencurigakan.

Setelah memeriksa, Omprop sekali lagi mengatakan bahwa saya benar, yaitu bahwa itu adalah kelenjar getah bening.


Lalu bagaimana?



Seperti biasa, Omprop mengatakan dengan biasa-biasa aja, bahwa kita akan mengambil langkah untuk berhati-hati banget. Saya (omprop maksudnya) akan memberi pengantar untuk USG leher (leher saya -penulis blog- tentunya) dulu, soalnya kalaupun yang teraba dua buah eh butir eh apalah itu, bisa jadi sebenarnya ada empat, atau enam, atau berapa gitu.


Lalu?


Lalu kalau ternyata cuma 2, saya disuruh tunggu aja, maksudnya watch and wait, alias dipantau saja apakah bertambah besar atau bertambah banyak, atau malah berkurang.
Kalau enggak cuma 2?
"Nanti kita PET-scan, tapi itu juga kalau kamu mau. Kalau enggak ya nggak usah."
Hue..

Sebetulnya sih saya tahu maksudnya, yaitu kalau ternyata banyak, atau ada yang mencurigakan, kita lihat apakah itu ganas, dengan cara PET-CT.
Dari situ baru bisa diputuskan langkah selanjutnya.
Dan maksudnya lagi adalah, yang penting sekarang USG dulu, karena tidak ada gunanya menyangka-nyangka ini itu tanpa data yang mencukupi.

Makanya saya juga nggak tanya, apakah kalau hasil USG jelek, yang berarti harus PET, dan lalu hasil PET juga jelek, berarti relapse dan saya harus kemo lagi? I know he won't answer it, dan saya tahu kalau dijawab pun nggak ada gunanya.
It's early days yet, masih panjang waktu untuk berharap dan berdoa sebanyak-banyaknya.



Oh ya, untuk memastikan tidak ada infeksi bakteri, omprop membekali saya dengan 3 butir antibiotik untuk diminum sehari sekali.

Sebelum pulang, saya pastikan sekali lagi, jadi bagaimana urutannya ini Prof?
Minum antibiotik dulu, baru setelah itu USG, dan setelah itu hasilnya difoto dan dikirim saja lewat whatsapp, karena "Bukannya saya nggak pengen kamu ke sini-sini terus ya, tapi siapa tahu kamu bosen disuruh duduk2 di depan situ nunggu giliran."
Oh baiklah..

Akhirnya sekitar jam setengah 11 malam saya keluar dari halaman RS dan meluncur ke rumah dengan hati yang lebih ringan. Oh, ketakutan-ketakutan sebelum ketemu omprop itu masih ada, banyak malah. Tapi setidaknya I'm doing something about it, and I'm doing it with one of the best in this country.

Rasanya agak aneh, seperti agak mimpi gitu (hayo agak mimpi itu gimana coba? :P) karena rasanya seperti kembali ke empat setengah tahun yang lalu, sewaktu mengejar-ngejar diagnosis yang nggak jelas itu. Tapi Alhamdulillah kali ini jalannya sudah jauh lebih terarah, jadi mudah-mudahan akan lebih cepat ketemu dan tuntas.

Dan (sekali lagi, supaya saya nggak lupa), jalan masih panjang, masih banyak waktu untuk berharap dan berdoa sebanyak-banyaknya.
Jadi, doakan aku yaa..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar