Eh iya, steroid disini bukan anabolic steroid yang dipakai buat bikin badan ala ade rai gitu yaa..
Jadi jangan dibayangkan kalao ntar masuk kantor penampilan bakalan kekar membahana dengan sepir yang menonjol kesana kemari, badan bak segitiga kebalik dan perut enam kotak pas.
Yang dipake ini jenis cortico steroid, lebih spesifiknya prednisone, yang salah satu efeknya justru bikin muka bulet, kaki dan tangan geda2 kek ibu hamil, dan muscle tone alias otot ngilang semua, ganti jadi air gak jelas gitu.
Tapi nda apa2, orang bilang, steroid yang cortico ini adalah 'unsung hero' dari rangkaian terapi obat, karena doi tugasnya adalah mendukung obat2an utama yang bertugas membunuh penyakitnya, dan meminimalisir efek samping dan komplikasi yang mungkin ditimbulkan oleh obat2an utama itu.
Jadi, lepas dari segala efek negatipnya itu, i embrace you gladly.. my beautiful steroid.. *sok dramatis*
Baiklah, kembali ke topik yang ditinggal ngantuk kemarin, yaitu diagnosis TB yang ternyata bukan TB itu, setelah banyak ngobrol sama orang (iyalah masa sama tiang listrik), ternyata kasus 'dikira TB tapi bukan' ini lumayan banyak kejadian. Mungkin tetep nggak sebanyak kasus 'TB tapi dikira bukan'sih *haha.. mulai deh*
Gejala TB, yang diantaranya :
- Batuk berkepanjangan, seberapa panjang? kalo menurut mayoclinic.com, batuk 3 minggu, apalagi lebih, sudah harus waspada
- Demam berulang, kadang2 nggak terlalu tinggi, jadi kayak meriang2 gitu deh
- Kelelahan
- Penurunan berat badan yang lumayan drastis
- Keringat malam, bukan cuma gerah2 gitu, tapi biasanya sampai harus ganti baju karena basah kuyup
- Menggigil atau panas dingin
- Hilang nafsu makan
ternyata bisa juga jadi gejala penyakit lain.
(Penyakit apa ajakah ituu? Hmm.. kasi tau gak yaaaa... :D )
Cuma, karena memang penyakit yang umum adanya di negara kita tercinta ini adalah TB, maka kebanyakan dokter akan lebih cenderung mendiagnosis sebagai TB. Until proven otherwise.
Sayangnya, until proven otherwise-nya itu kadang2 nggak kejadian, atau kejadian tapi sudah terlambat.
Oh ya, biasanya untuk mendeteksi TB or not TB itu dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
Periksa napas pake stetoskop, raba kelenjar getah bening, terutama yang di sekitar leher, kalau2 ada pembengkakan akibat infeksi
Soal pembengkakan kelenjar ini sebenernya sebabnya juga macem2, tapi yang perlu diinget adalah, pembengkakan kelenjar karena infeksi biasanya ada rasa nyeri kalau ditekan, dan kelenjar yang bengkak itu cenderung lunak. Kalau enggak, maka ada kemungkinan bukan infeksi, dan tentunya perlu diperiksa lebih lanjut. Indikasi lain, biasanya kalau bengkak karena infeksi, setelah diberikan obat (biasanya antibiotik), benjolannya akan mengecil dan bahkan hilang. Kalau enggak, maka ada kemungkinan bukan infeksi, dan tentunya perlu diperiksa lebih lanjut *kopipes yang di atas*
Tes kulit atau biasa disebut tes mantoux
Tes ini menyuntikkan sedikit protein tuberculin ke kulit. Setelah 48-72 jam bekasnya dilihat apakah ada benjolan kecil berwarna merah atau enggak. Sayangnya hasil tes ini nggak selalu bisa mengindikasikan orang kena TB atau bukan. Untuk orang yang udah pernah divaksin BCG, testnya bisa positif, dan untuk orang yang kena infeksi TB tapi antibodinya belum kebentuk, hasilnya malah bisa negatip (pake pe).
X-rays atawa poto rongsen
Biasanya kalau dokter curiga tbc-nya tbc paru (soalnya tbc kan bisa dimana aja yak, ga cuman di paru doangan), maka dokter akan menyuruh kita untuk foto paru2, untuk melihat apakah ada kelainan di paru akibat kuman TB itu. Biasanya ada bercak-bercak atau malah ada kabut putih.
Tes darah dan dahak/sputum
Tes dahak biasanya dilakukan dengan ambil sample 3 kali.
Kalau tes darah hasilnya bisa cepet, tes sputum keluarnya biasanya beberapa hari baru keluar. Untuk hasil tes sputum ini, kalau hasilnya positif biasanya artinya si kuman tbc itu lagi aktif di badan penderita, dan kemungkinan menularnya agak besar. Kalau hasilnya negatif, lagi-lagi, sialnya, belum tentu orangnya gak menderita tbc. Bisa jadi menderita tapi kumannya tidak aktif alias tidak menular. Biasanya kalau positif di hasil lab-nya ada tulisan BTA +. kalo negatif tentunya BTA -.
Pemeriksaan cairan pleura
Ini khusus untuk yang menderita efusi pleura. Apakah itu?
Efusi pleura adalah paru2 kita kerendem air, atau orang biasa sebut paru-paru basah.
Sebetulnya yang namanya pleura itu adalah kantong yang membungkus paru2 kita, dan di dalamnya memang ada sedikit cairan 'pelumas', untuk melindungi paru dari gesekan dan benturan, terutama dengan tulang iga kita.
Kalau kita menderita efusi pleura atawa cara inggrisnya pleural effusion, cairan yang terbentuk di pleura itu berlebihan, jadinya malah menuh2in bungkusnya dan mendesak paru2. Akibatnya paru2 jadi gak bisa mengembang alias kempes.
Akibatnya napas jadi terbatas.
Biasanya gejalanya adalah sesak napas tapi nggak ada suara wheezing atau kalo orang jawa suka bilang 'mengi'. Itu lhoo.. suara kayak siulan yang biasanya kedengeran di napas orang yang kena asma.
Karena pembentukan cairannya di awal2 sakit biasanya rada bertahap, jadi yang dirasakan juga secara bertahap makin lama makin mudah ngos2an kalau jalan. Bahkan kalau sudah berat, jalan biasa aja bisa berasanya kayak habis lari maraton. Ini terjadi karena paru2 makin mengecil akibat cairan yang makin banyak.
Kalau di hasil foto ronsen, penampakan pleural effusion adalah seperti kabut putih di salah satu atau salah dua paru2.
In my case, mungkin karena pas ke dokter paru kondisi sudah lumayan payah, maka nggak semua tes dilakukan. Waktu itu dokter langsung nyuruh foto ronsen, cek darah dan dahak.
Oh ya, disamping batuk kebetulan (gak betul juga sih sebenernya) punya bakat asma. Nah, gak asik kan.. mestinya bakat itu menyanyi, main musik, atau menggambar gitu. Lha ini bakat kok bengek.
Eniwei.. gara2 punya kecenderungan asma, awalnya sesak2 itu jadi dianggap karena batuk dan bengeknya berulah aja.
Waktu itu sempet hampir dua bulan bolak balik kena flu dan batuk2, dan bolak balik juga berobat ke dokter umum deket rumah. Pengobatan pertama sukses, yaitu batuknya sembuh, tapi cuma bertahan seminggu. Seminggu kemudian tewas lagi kena batuk, malah sesak napasnya nambah. Dan mulai teraba ada benjolan di leher, di atas tulang belikat.
Entah kenapa, si dokter umum ini kok ya cuma bolak balik ngeresepin antibiotik sama obat sesak napas aja, padahal tiap kali balik kesana sakitnya nambah payah. Kalau menurut angan-angan orang yang gak pernah ke dokter ini, dan mendambakan dokter yang kayak di film2 gitu, pengennya sang dokter merekomendasikan untuk periksa ke spesialis atau gimana gitu.
Tapi karena angan2 orang ini enggak terwujud, akhirnya sempet ngikutin aja apa kata dokter, sampai akhirnya pada suatu hari yang cerah, didorong oleh kondisi yang ndak juga membaik, memutuskan sendiri untuk periksa ke spesialis paru di RSUD.
Dan dimulailah perjalanan panjang untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang mengawali tulisan ini, yaitu : TB or not TB?
Jawabannya?
Nanti deh ya.. sekarang kita ngantuk lagi dulu, ehehe
Pertamax gan !!.. ehehe..
BalasHapusSambungannya kapan yo mbak ?
Episodeh berikut dinantikan, penting, seru dan aneh...
Mugi2 cepet sehat, waras, ta' dongake trus loh..
Aaminnnnn ya Rabb..
Alhamdulillah kalau udah pake pertamax, berarti nggak ikut menggunakan subsidi bbm *loh*
HapusAaamiinn... makasih doanya pak
Tapi, kok yang disuruh sehat malah Mugi ? Hehe