Senin, 06 Mei 2013

TB or not TB


Dulu, waktu serial House MD masih ada, serial ini jadi salah satu yang hampir gak pernah kelewat untuk ditonton. Sampai bela-belain beli dvdnya di ambasador, atau donlot dari internet kalau dah gak sabar nunggu yang baru.

Kalau liat team-nya dokter House ini, kayaknya yang namanya proses diagnosis itu keren banget. Penyakitnya yang gejalanya aneh-aneh gitu. Istilahnya juga keren2. Dokternya juga cakep2 *loh*

Biasanya prosesnya juga gak sekali jadi. Dari satu diagnosis ke yang berikutnya bakalan ada kejutan2, ada proses diskusi, ada trial dan error, pokoknya dinamis banget deh..

Dan setelah menjalani sendiri yang namanya proses diagnosis, baru berasa kalau emang nyari penyakit itu gak gampang. Kalo nyari penyakit dalam arti nyari gara2 sih.. lain soal yaa..

I probably shouldn't say this, but.. betapa beruntungnya orang yang sakit, yang penyakitnya bisa segera diketemukan jenisnya. Dan diobati sampai sembuh tentunyaa..

Jadi ternyata, buat orang yang sakit itu sebenernya ada dua permasalahan besar, yaitu dia sakit apa dan gimana mengobatinya. Kalau yang pertama nggak terjawab, yang kedua juga bakalan susah. Granted, sekarang banyak orang yang bisa sembuh dengan obat-obatan herbal, kembali ke gaya hidup sehat, bahkan ketika penyakitnya nggak terjawab apa jenisnya. Tapi itu kan pasti kasus khusus.
Pada umumnya orang mesti ngikut tahapan umum, apa lalu bagaimana.

Dan balik lagi ke serial House yang keren itu, ternyata kenyataan dunia ini nggak sekeren asistennya dr House. Dan bagi kebanyakan orang, diagnosis is a long and exhausting process.

And that was what happened to me.

Karena gejala yang bisa dibilang persis dengan penyakit yang (ternyata) banyak diderita orang Indonesia, akibatnya jadi harus 'tersesat' dalam pengobatan yang gak tepat selama hampir dua bulan.

Sebenernya pengen nulis banyak soal ini, tapi kok eike mengantuk sangat..
Nanti kapan2 dilanjutin lagi deh, sementara kita dadah dulu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar